Blog yang Membahas Tentang Religi, Informasi Teknologi, Artikel Menarik, dll

0 Allah Sebaik-baik Tempat Mengadu


Zaman sekarang berbagai masalah makin kompleks. Entah itu komplikasi dari masalah keluarga yang tak kunjung selesai, masalah hutang yang belum terbayar, bingung karena ditinggal pergi oleh sang kekasih, ataupun masalah-masalah lain. Semuanya bisa membuat jiwa seseorang jadi kosong, lemah atau merana. Oleh karena itu Jangan percayai siapapun selain dirimu untuk menjaga rahasia mu. Ini semacam pengalaman pribadi yang harus diceritakan sehingga semua orang didunia ini tahu bahwa kita perlu menyiapkan sedikit ruang diingatan kita untuk menyimpan hal-hal yang menyangkut hidup kita sehingga kita tidak perlu untuk menceritakannya kepada orang lain.

Beberapa tahun yang silam aku merasa kita tidak perlu untuk berbicara dan bercerita tentang hidup kita kepada orang lain. Karena itu hanya akan mempersulit masalah, ataupun menimbulkan masalah yang lain. Sering terjadi dalam kehidupanku dulu, betapa banyaknya orang yang mendengarkan ceritaku kemudian menggunakan cerita itu sebagai alat untuk menjatuhkanku, mulai dari saat itu aku kehilangan kepercayaan kepada Manusia pada umumnya.  Sehingga Ketika aku mendapati sebuah masalah dan anda butuh tempat untuk bercerita. 

Ketika seseorang menghadapi persoalan yang sangat berat, maka sudah pasti akan mencari sesuatu yang dapat dijadikan tempat mengadu dan mencurahkan isi hati yang telah menjadi beban baginya selama ini. Allah sudah mengingatkan hamba-Nya di dalam ayat yang dibaca setiap muslim minimal 17 kali dalam sehari:

“Hanya kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami meminta pertolongan” (QS. Al Fatihah 5).

Oleh karena itu bukan kepada Facebook, akan tetapi Cukuplah Allah sebaik-baik tempat mengadu !!

...ketika keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka akan meringankan beban berat yang kita derita...

Mengingat bahwa manusia adalah makhluk yang banyak sekali dalam mengeluh, tentu ketika keluhan itu diadukan kepada Sang Maha Pencipta, maka semua itu akan meringankan beban berat yang selama ini kita derita.

Rasulullah shalallahi alaihi wasallam ketika menghadapi berbagai persoalan pun, maka hal yang akan beliau lakukan adalah mengadu ujian tersebut kepada Allah Ta’ala. Karena hanya Allah lah tempat bergantung bagi setiap makhluk.


0 Beribadah karena Kesyukuran

Menghadapi situasi krisis seperti saat ini, tidak sedikit orang yang justru tersadar, kemudian kembali ke jalan agama. Mereka yang selama ini tidak pernah menginjakkan kakinya di masjid, tiba-tiba rajin melaksanakan shalat. Mereka baru mengerti bahwa ada kekuatan di luar dirinya yang membolak-balikkan suasana semau-Nya.
Sebaliknya, ada sebagian orang yang justru frustrasi kemudian lari dari agama. Bahkan yang biasanya rajin melaksanakan berbagai amalan ibadah, tiba-tiba malas-malasan. Sedikit demi sedikit beberapa amalan ditinggalkan hingga suatu ketika semua amal ibadah telah terlupakan. Mereka merasa seluruh amal ibadahnya sia-sia, sebab tidak memperoleh apa-apa kecuali kebangkrutan usaha.
Jika kita datangi tempat-tempat maksiat, satu atau beberapa di antara pelakunya mungkin mantan santri. Ada-ada saja orang yang asalnya baik menjadi jahat. Orang shaleh menjadi thaleh.
Sebaliknya jika ke masjid, kita dapati beberapa di antara mereka mantan-mantan ahli maksiat. Berbagai macam pengalaman telah mengantarkan mereka sampai ke jalan Tuhan. Ada yang karena dililit utang, ada yang telah sampai pada puncak kemaksiatan. Motif beragama memang beragam, meskipun dalam praktek ibadahnya harus seragam. Keberagaman itu bisa dibuktikan hanya dengan bertanya kepada orang yang habis melaksanakan shalat tentang maksud dan tujuan ibadahnya. Ternyata jawabannya tidak sama.
Ali Bin Abi Thalib karramallahu wajhah membagi amalan ibadah kaum muslimin ke dalam tiga katagori. Pertama, golongan orang yang beribadah karena mengharapkan sesuatu dari Allah swt. Ia beribadah karena pamrih. Golongan itu dikatagorikan sebagai ibadatut-tujjaar, ibadahnya pedagang. Dalam prinsip ekonomi, seseorang melakukan usaha dimaksudkan untuk mendapatkan untung. Jika perlu dengan pengorbanan yang sedikit mendapatkan hasil yang banyak. Demikian pula dalam hal ibadah, mereka pilih-pilih di antara ibadah yang paling banyak mendatangkan keuntungan.
Itulah sebabnya mereka tampak sibuk menghitung-hitung amalan ibadahnya. Dibawanya tasbih ke mana-mana, diputar sambil komat-kamit hingga berhenti sampai hitungan tertentu. Ketika ditanya kenapa berhenti berdzikir, ia menjawab, berdasarkan hitungan ia telah membaca seribu kali. Jika sekali membaca diberi ganjaran sepuluh, maka ia telah mendapatkan pahala sebanyak sepuluh ribu. Suatu keuntungan yang bisa ditabung untuk hari itu.
Ibadah macam ini bukannya tidak diperbolehkan, tapi nilainya amat rendah. Allah sendiri dalam berbagai ayat-Nya telah memotivasi ummat Islam agar gemar melaksanakan ibadah dengan iming-iming pahala yang banyak. Di antaranya adalah surga. Beribadah dengan mengharapkan surga itu hal yang lumrah. Salah satu contohnya Allah berfirman:
"Orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan shaleh, kelak akan Kami masukkan ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah telah membuat suatu janji yang benar. Dan siapakah yang lebih benar perkataannya daripada Allah?" (QS an-Nisaa: 122)
Iming-iming surga itulah yang diberikan Allah untuk mendorong semangat hamba-Nya. Sementara janji Allah pasti akan ditepati-Nya.
Masalahnya kemudian adalah bahwa pahala itu tidak langsung diterima pada saat seseorang melakukan suatu amalan ibadah, melainkan disimpan untuk kehidupan di akhirat. Penundaan ini menjadikan banyak orang tidak sabar. Maunya cepat menikmati. Karenanya kemudian banyak orang jadi enggan atau bermalas-malasan melakukan ibadah. Mereka merasa bahwa pahala itu kurang riil, tidak cash, dan waktu pengambilannya teralu lama.
Golongan ibadatut-tujjar ini tampak kurang konsisten dalam beribadah. Ada pasang surut sesuai dengan kondisi kantungnya. Jika kantongnya tebal, ia rajin shalat dan ibadah lainnya. Tapi jika kantongnya lagi kosong, iapun tak segan meninggalkannya.
Kategori kedua dari orang yang beribadah adalah mereka yang menjalankan rangkaian ibadah karena takut siksa Allah. Karenanya mereka dikelompokkan Ali ra sebagai 'ibadatul-'abid (ibadahnya seorang budak). Seorang budak mempunyai mental yang khas, yaitu ia baru bekerja atau melakukan sesuatu jika disuruh dan disertai ancaman. Ia merasa bahwa hasil dari amalannya itu bukan untuk dirinya.
Seorang budak baru mau bekerja jika ada "upah". Jika upahnya besar, ia rajin. Sebaliknya jika upahnya biasa-biasa saja, ia cenderung bermalas-malasan. Bagi budak seperti ini kecenderungannya memilih yang wajib-wajib saja, sedangkan yang sunnah dikurangi.
Lagi-lagi ibadah seperti seorang budak tidak menjadi soal, boleh-boleh saja. Asal ibadahnya ikhlas semata-mata karena Allah, pasti diterima. Jika ia minta balasan surga, Allah akan memberinya. Jika ia ingin lepas dari siksa neraka, Allah juga mengabulkannya. Beribadah seperti pedagang atau seperti seorang budak bagi Allah tidak jadi soal. Yang dipersoalkan-Nya adalah niat yang ikhlas lillahi ta'ala. Sedikit saja ada noda yang mengotori niat ini, ibadahnya akan menjadi cacat. Bisa jadi tidak diterima.
Dari dua katagori di atas, ada sekelompok orang yang beribadah bukan karena menginginkan surga atau pahala, juga bukan karena takut ancaman Allah berupa siksa nereka. Kelompok ini beribadah kepada Allah semata-mata karena rasa syukurnya. Jika kepada mereka ditanyakan, seandainya tidak ada surga dan neraka, apakah tetap akan beribadah, dengan suara mantap mereka akan menjawab: Ya, saya akan tetap beribadah.
Jika dikejar dengan pertanyaan apa gunanya, orang tersebut tentu akan balik bertanya, 'Bukankah saya patut bersyukur telah dijadikan Allah sebagai manusia, makhluq yang paling mulia? Bukankah pantas bagi saya bersyukur kepada Allah yang telah memberi saya akal dan fikiran yang sehat? Bukankah wajar bagi saya bersyukur kepada Allah yang telah memberi hidayah sehingga saya menjadi seorang mukmin?'
Andaikata kita bersabar menunggu orang tersebut berbicara, tentu ia akan melanjutkan, 'Seandainya Allah memerintahkan saya beribadah sehari penuh, tentu saya akan melaksanakannya. Jangankan shalat yang hanya lima kali sehari, jangankan puasa yang hanya sebulan dalam setahun, jangankan zakat yang hanya mengeluarkan sebagian kecil dari harta yang telah diberikan Allah, jangankan haji yang wajib sekali seumur hidup. Andaikata semua umur harus dihabis untuk beribadah, tentu akan saya jalani.'
Suatu malam 'Aisyah melihat suaminya, Rasulullah saw sedang asyik menjalankan shalat malam. Lama sekali beliau berdiri, ruku' dan sujud. Manakala beliau berdo'a bergemuruh dari dalam dadanya, bergetar seluruh badannya, dan tumpah seluruh air matanya. Malam itu Rasulullah benar-benar tenggelam dalam munajat kepada Allah swt. Melihat hal itu 'Aisyah merasa iba, kemudian bertanya, 'Wahai, bukankah Anda seorang Rasul, kekasih Allah? Bukankah Anda seorang yang ma'shum, yang dihindarkan dari berbuat salah dan dosa? Bukankah Anda seorang yang segala doanya dikabulkan oleh Allah? Jika demikian, kenapa Anda bersusah-payah berdiri di malam hari sampai kakinya bengkak, menangis hingga matanya sembab?'
Rasulullah hanya menjawab pendek, 'Tidak pantaskah jika aku menjadi hamba yang bersyukur?'
Kualitas ibadah yang dijalani seseorang yang didorong oleh rasa syukurnya tentu sangat berbeda dengan kualitas ibadahnya bisnismen atau budak. Jika pebisnis beribadah sangat tergantung pada tebal tipisnya kantong, maka ibadahnya orang yang bersyukur tidak kenal situasi. Dalam segala kondisi, baik sedang sedih atau gembira, susah atau mudah, ia tetap menjalankan ibadah.
Mutu ibadahnya seorang budak sangat tergantung pada besar kecilnya upah, berat ringannya ancaman siksa, tapi bagi seorang yang beribadah didorong oleh manifestasi syukurnya, hal itu tidak menjadi masalah. Tanpa upah sedikitpun, ia tetap beribadah. Bahkan andaikata ia ditetapkan masuk neraka, ia tetap beribadah.
Seorang sufi besar pernah menyampaikan doanya kepada Allah swt. Ia mohon agar ditempatkan di neraka, kemudian tubuhnya dibesarkan sampai memenuhi seluruh isi neraka. Dengan begitu, katanya semua orang bebas dari siksa neraka.
Mungkin kita berkata, sufi itu aneh-aneh saja. Akan tetapi jika kita renungi artinya sungguh luar biasa. Ia rela berkorban demi kebahagiaan ummat manusia.
Sufi yang lain pernah bermunajat kepada Rabb-nya. Ia berkata, 'Ya Allah, sekiranya Engkau masukkan aku ke dalam nerakamu itu tidak masalah asal ridha-Mu tetap menyertaiku.'
Bagi orang yang sudah pada tingkatan ini, permintaannya hanya satu, ridha Allah semata-mata. Tentang akan ditempatkan di mana, surga atau neraka itu tidak menjadi soal. Bukankah ia juga yakin bahwa Allah itu Maha Kasih dan Sayang. Tentu Allah tidak akan menempatkan kekasih yang diridhai-Nya di tempat yang menyengsarakannya. Mereka akan dikumpulkan bersama orang-orang yang diridhai di dalam satu tempat yang diridhai, yaitu surga. Kepada mereka, Allah berseru:
"Hai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku." (QS al-Fajr: 27-30)· 

0 Sakaratul Maut

Sakaratul Maut ! Siapkah kita untuk menghadapinya ?

"Kalau sekiranya kamu dapat melihat malaikat-malaikat mencabut nyawa orang-orang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka serta berkata, "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar." (niscaya kamu akan merasa sangat ngeri) (QS. Al-Anfal {8} : 50).

"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yangzalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya (sambil berkata), "Keluarkanlah nyawamu !" Pada hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan kerena kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya". (Qs. Al- An'am : 93).

Cara Malaikat Izrail mencabut nyawa tergantung dari amal perbuatan orang yang bersangkutan, bila orang yang akan meninggal dunia itu durhaka kepada Allah, maka Malaikat Izrail mencabut nyawa secara kasar. Sebaliknya, bila terhadap orang yang soleh, cara mencabutnya dengan lemah lembut dan dengan hati-hati. Namun demikian peristiwa terpisahnya nyawa dengan raga tetap teramat menyakitkan.

"Sakitnya sakaratul maut itu, kira-kira tiga ratus kali sakitnya dipukul pedang" (H.R. Ibnu Abu Dunya).

Di dalam kisah Nabi Idris a.s, beliau adalah seorang ahli ibadah, kuat mengerjakan sholat sampai puluhan raka'at dalam sehari semalam dan selalu berzikir di dalam kesibukannya sehari-hari. Catatan amal Nabi Idris a.s yang sedemikian banyak, setiap malam naik ke langit. Hal itulah yang sangat menarik perhatian Malaikat Maut, Izrail. Maka bermohonlah ia kepada Allah Swt agar di perkenankan mengunjungi Nabi Idris a.s. di dunia. Allah Swt, mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka turunlah ia ke dunia dengan menjelma sebagai seorang lelaki tampan, dan bertamu kerumah Nabi Idris.

"Assalamu'alaikum, yaa Nabi Allah". Salam Malaikat Izrail."Wa'alaikum salam wa rahmatulloh". Jawab Nabi Idris a.s.

Beliau sama sekali tidak mengetahui, bahwa lelaki yang bertamu ke rumahnya itu adalah Malaikat Izrail. Seperti tamu yang lain, Nabi Idris a.s. melayani Malaikat Izrail, dan ketika tiba saat berbuka puasa, Nabi Idris a.s. mengajaknya makan bersama, namun di tolak oleh Malaikat Izrail. Selesai berbuka puasa, seperti biasanya, Nabi Idris a.s mengkhususkan waktunya "menghadap". Allah sampai keesokan harinya. Semua itu tidak lepas dari perhatian Malaikat Izrail. Juga ketika Nabi Idris terus-menerus berzikir dalam melakukan kesibukan sehari-harinya, dan hanya berbicara yang baik-baik saja. Pada suatu hari yang cerah, Nabi Idris a.s mengajak jalan-jalan "tamunya". Itu ke sebuah perkebunan di mana pohon-pohonnya sedang berbuah, ranum dan menggiurkan.

"Izinkanlah saya memetik buah-buahan ini untuk kita", pinta Malaikat Izrail (menguji Nabi Idris a.s). "SubhanAllah, (Maha Suci Allah)" kata Nabi Idris a.s. "Kenapa ?" Malaikat Izrail pura-pura terkejut.

"Buah-buahan ini bukan milik kita". Ungkap Nabi Idris a.s. Kemudian Beliau berkata: "Semalam anda menolak makanan yang halal, kini anda menginginkan makanan yang haram". Malaikat Izrail tidak menjawab. Nabi Idris a.s perhatikan wajah tamunya yang tidak merasa bersalah. Diam-diam beliau penasaran tentang tamu yang belum dikenalnya itu. Siapakah gerangan ? pikir Nabi Idris a.s. "Siapakah engkau sebenarnya ?" tanya Nabi Idris a.s. "Aku Malaikat Izrail". Jawab Malaikat Izrail.

Nabi Idris a.s terkejut, hampir tak percaya, seketika tubuhnya bergetar tak berdaya.

"Apakah kedatanganmu untuk mencabut nyawaku ?" selidik Nabi Idris a.s serius. "Tidak" Senyum Malaikat Izrail penuh hormat. "Atas izin Allah, aku sekedar berziarah kepadamu". Jawab Malaikat Izrail.

Nabi Idris manggut-manggut, beberapa lama kemudian beliau hanya terdiam.

"Aku punya keinginan kepadamu." Tutur Nabi Idris a.s "Apa itu ? katakanlah !". Jawab Malaikat Izrail.

"Kumohon engkau bersedia mencabut nyawaku sekarang. Lalu mintalah kepada Allah SWT untuk menghidupkanku kembali, agar bertambah rasa takutku kepada-Nya dan meningkatkan amal ibadahku". Pinta Nabi Idris a.s.

"Tanpa seizin Allah, aku tak dapat melakukannya", tolak Malaikat Izrail.

Pada saat itu pula Allah SWT memerintahkan Malaikat Izrail agar mengabulkan permintaan Nabi Idris a.s. Dengan izin Allah Malaikat Izrail segera mencabut nyawa Nabi Idris a.s. sesudah itu beliau wafat. Malaikat Izrail menangis, memohonlah ia kepada Allah SWT agar menghidupkan Nabi Idris a.s. kembali. Allah mengabulkan permohonannya. Setelah dikabulkan Allah Nabi Idris a.s. hidup kembali.

"Bagaimanakah rasa mati itu, sahabatku ?" Tanya Malaikat Izrail. "Seribu kali lebih sakit dari binatang hidup dikuliti". Jawab Nabi Idris a.s.

"Caraku yang lemah lembut itu, baru kulakukan terhadapmu". Kata Malaikat Izrail.

MasyaAllah, lemah-lembutnya Malaikat Maut (Izrail) itu terhadap Nabi Idris a.s. Bagaimanakah jika sakaratul maut itu, datang kepada kita?

Siapkah kita untuk menghadapinya ?









0 Indonesia


Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada di antara benua Asia dan Australia serta antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari 13.487 pulau, oleh karena itu ia disebut juga sebagai Nusantara ("pulau luar", di samping Jawa yang dianggap pusat). Dengan populasi sebesar 222 juta jiwa pada tahun 2006 Indonesia adalah negara berpenduduk terbesar keempat di dunia dan negara yang berpenduduk Muslim terbesar di dunia, meskipun secara resmi bukanlah negara Islam. Bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik, dengan Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Presiden yang dipilih langsung. Ibukota negara ialah Jakarta. Indonesia berbatasan darat dengan Malaysia di Pulau Kalimantan, dengan Papua Nugini di Pulau Papua dan dengan Timor Leste di Pulau Timor. Negara tetangga lainnya adalah Singapura, Filipina, Australia, dan wilayah persatuan Kepulauan Andaman dan Nikobar di India.

0 Video bintangfaqot



1 Gambar Bagus


Gambar Rambu-Rambu Kehidupan




0 Soekarno

Dr.(HC) Ir. Soekarno (ER, EYD: Sukarno, nama lahir: Koesno Sosrodihardjo) (lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 – meninggal di Jakarta, 21 Juni 1970 pada umur 69 tahun) adalah Presiden Indonesia pertama yang menjabat pada periode 1945–1966.Ia memainkan peranan penting untuk memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda. Ia adalah Proklamator Kemerdekaan Indonesia (bersama dengan Mohammad Hatta) yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945. Soekarno adalah yang pertama kali mencetuskan konsep mengenai Pancasila sebagai dasar negara Indonesia dan ia sendiri yang menamainya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...